Nasruddin adalah seorang sufi yang hidup di kawasan sekitar Turki pada abad-abad kekhalifahan Islam hingga penaklukan Bangsa Mongol. Sewaktu masih sangat muda, Nasruddin selalu membuat ulah yang menarik bagi teman-temannya, sehingga mereka sering lalai akan pelajaran sekolah. Maka gurunya yang bijak bernubuwat: "Kelak, ketika engkau sudah dewasa, engkau akan menjadi orang yang bijak. Tetapi, sebijak apa pun kata-katamu, orang-orang akan menertawaimu."
Nasruddin Hoja adalah seorang muslim yang suci, tapi kadang dia melanggar aturan dengan sengaja melanggar bentuk – bentuk lahir dan upacara agamanya. Pada suatu hari sepulang dari Mekkah, ia singgah di suatu kota kecil di Iran. Penduduk kota sangat menaruh hormat padanya, keluar mengelukannya sehingga membuat kota menjadi gempar. Nasruddin yang jenuh, menunggu sampai di pinggir pasar. Disana ia membeli sepotong roti, lalu memakannya di depan umum. Padahal waktu itu bulan Ramadhan, waktu puasa bagi umat Muslim. Nasruddin yakin dalam perjalanannya dia tidak terikat pada peraturan – peraturan agama.
Tapi pengikut dan penduduk tidak berpikir demikian, mereka begitu dikecewakan oleh perbuatan itu, sehingga meninggalkannya dan pulang. Nasruddin dengan puas bergumam:
"Lihat, begitu berbuat sesuatu yang berlawanan dengan harapan, rasa peduli dan hormat mereka lenyap."
Kebanyakan orang memerlukan orang suci untuk disembah, guru untuk dimintai nasehat. Pssssst, tahukah kamu bahwa ada persetujuan diam – diam: Engkau harus hidup sesuai dengan harapan kami, dan sebagai gantinya kami akan menghormatimu. Suatu ‘permainan’ kesucian !
Sumber : Unknown
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Hikmah dari Nasruddin Hoja"
Post a Comment