Video Monetize Ninja 468x60
Latest Updates

Ibumu bukan Pembantumu Anakku

Tadi pagi sebelum mengajar ada ibu-ibu curhat sambil meneteskan air mata dengan tingkah laku anak perempuannya di rumah yang merepotkan orang tuanya, belum bisa mandiri, dan hanya selalu memegang HP merahnya sms tiada hentinya, sambil menyanyi-menyanyi dengan headset di kupingnya, nonton TV dan jarang belajar di rumah.

Dan kebetulan saya melihat kondisi anaknya sendiri memang wajar jika ibunya menangis memang kebangetan dengan kondisi di rumah tidak ada mesin cuci, mohon maaf "celana dalam pinknya" juga disuruh mencuci ibunya. Padahal anak tersebut kan sudah haid bisa di bayangkan bukan?. Ketika ibunya mengepel dia hanya enak-enak menyanyi di depan rumah sambil bersms ria. Dan tentunya masih banyak yang lainnya.

Anak SMP kelas IX memang tentunya masih remaja, namun harusnya sudah mampu untuk mengurusi diri sendiri minimal untuk mencuci baju, membantu memasak, menyapu dan pekerjaan rumah yang bisa ringan dan tidak membutuhkan waktu yang banyak.
Permasalahan di atas tentunya tidak hanya dialami oleh ibu tersebut, mungkin banyak ibu yang mengalaminya. Kemandirian anak SMP untuk mengurus dirinya masih dirasa kurang, memang cukup memprihatinkan.

Sehingga kita di sekolah tidak boleh tingal diam bukan, dengan begitu memang benar kata orang guru tidak hanya mengajar namun memang harus mendidik dengan memberikan pesan moral misalnya dengan bercertita masa lalu kita, bagaimana kondisi orang tua kita dan lain sebagainnya, sehingga dapat menggugah semangatnya.

Sebagai Contoh misalnya dengan bermain peran dalam pelajaran bahasa indonesia, atau bahkan bisa membuat film walau hanya dengan lewat HPnya, dan filmnya dibuat dalam kondisi di rumahnya sehingga dengan hal ini akan lebih bermakna dengan hanya memberi nasehat dengan kata-kata. Karena mereka akan merasa memiliki tanggung jawab dengan apa yang dibuat dari filmnya itu.

Permasalahan di atas tentunya semta-mata bukan hanya kesalahan anaknya, semunya juga tak lepas juga bagaimna orang tua dalam mendidik putra-putrinya, mungkin orang tua kurang memberikan kepercayaan penuh untuk mereka. Sebagai contoh ketika anaknya sudah mencuci celana dan kurang bersih, mereka membilasnya kembal di hadapannya sehingga anak merasa tidak mampu dan mereka merasa ogah untuk mengulanginya.

Jadi ingat Ketika kita saya dulu masih SMP saya dulu masih teringat dengan perlakuan kakak saya dengan perkataanya ,
"Jika tidak mencuci baju sendiri ya sudah silahkan pakai baju yang kotor!",
Sehingga dengan terpaksa dan menjadi biasa untuk mencuci baju sendiri. Dengan membiarkan baju masih kotor saya merasa malu karena cucian saya belum bersih dan merasa malu untuk menggunakan baju kotor kita jadi berusaha untuk mencucui lebih bersih dikemudian harinya.
Dengan begini jika Anda merasa sebagai anak SMP tentunya harus belajar dengan hal yang dianggap kecil seperti ini bukan, karena ingat belajar yang besar itu dari mualai yang kecil.

Sehingga kita harus berkampanye dari sekarang sebagai guru buat anak didiknya

"Jangan Jadikan IBUMU sebagai PEMBANTUMU Anakku, Namun jadikan IBUMU sebagai salah satu jalan menuju SURGAMU"

Dan kita sebagai guru tentunya tidak berputus asa untuk selalu mengingatkan, atau memberikan peluang dan memberikan kepercayaan bahwa mereaka juga mampu untuk mandiri dan tentunya komunikasi dengan orang tua itu juga menjadi solusi untuk mendidik anak didik kita.
Mohon maaf jika salah-salah ketik...tergesa-gesa saking pinginya posting ini untuk ibu yang nangis tadi..!


Sumber

0 Response to "Ibumu bukan Pembantumu Anakku"

Post a Comment