Na’am –saudaraku seiman yang semoga dirahmati Allah-, memang sebuah hal yang sudah diketahui bahwa manusia akan terus merasakan dua hal dalam hidupnya, kesedihan maupun kegembiraan. Kedua kondisi ini senantiasa menyertai seorang manusia mulai dari kecil hingga ajal menjemputnya. Akan tetapi, seorang muslim adalah seorang yang memiliki prinsip dan keyakinan teguh bahwasanya segala perkara ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah prinsip seorang muslim yang harus tertanam dalam dada-dada mereka.
المسلم على يقين تام أنّ الأمور كلها بيد الله عزّ و جلّ
“Seorang muslim itu memiliki keyakinan teguh bahwa segala perkara ada di tangan Allah ‘Azza wa Jalla”
Jika seorang muslim sudah meresapi dan memahami prinsip di atas, maka dia akan meyakini bahwa segala apa yang terjadi di dunia ini, segala apa yang menimpa dirinya, adalah kehendak Allah ‘Azza wa Jalla.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. At Taghabun : 12)
Terkadang, memang sebuah ujian datang bertubi-tubi hingga membuat seorang manusia hampir putus asa. “Bukankah saya telah beramal shalih?? Bukankah saya telah menghidupkan sunnah-sunnah Nabi?? Kapankah datang pertolongan Allah? Kapankah ini semua berakhir? Kapankah…kapankah??”
Thayyib, jika kita memang benar telah beramal shalih, apakah kita mengira kita akan masuk surga dengan mudahnya begitu saja tanpa ada ujian menghadang?
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” (QS. Al Baqarah : 214)
Kemudian, Allah, Ar Rahman, menjawab dengan jawaban yang sangat indah yang melambungkan asa orang-orang beriman…
أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS. Al Baqarah : 214)
Ya… Pertolongan Allah amat dekat, namun terkadang kita tidak menyadarinya. Sesungguhnya rahmat Allah itu amat luas. Dan kita pun lalai darinya. Kita hanya berkata, “Kenapa harus saya??” . “Kenapa musibah ini tidak pernah selesai??”. Dan berbagai kenapa-kenapa lainnya terus bermunculan di pikiran yang akhirnya bisa menyebabkan prasangka buruk kepada Allah Ta’ala. Na’udzu billahi min dzalik!
Pertama wahai saudaraku, Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat Yang Maha Adil, tidak pernah dan tidak mungkin menzhalimi hamba-Nya.
وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
“Dan Rabb-mu tidaklah menzhalimi seorangpun” (QS. Al Kahfi : 49)
Kedua, segala apa yang menimpa kita, semuanya sudah tertulis dalam lauhul mahfuzh.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (QS. Al Hadid : 22)
Jika demikian, seorang muslim akan sadar, mengetahui, dan pasrah terhadap ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia akan sadar bahwa segala sesuatu yang menimpa dirinya memang telah Allah takdirkan jauh sebelum dirinya muncul di dunia ini.
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput darimu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu” (QS. Al Hadid : 23)
Ya… jika dia ditimpa musibah, maka ia tahu bahwa hal itu sudah Allah tetapkan untuknya. Sehingga dia tidak akan bisa berlari dari ketetapan Allah. Akhirnya dia pun pasrah dan tidak terlalu bersedih terhadap apa yang menimpanya karena ia yakin semuanya telah tertulis di lauhul mahfuzh untuk dirinya.
Sebagai penutup –wahai saudaraku yang dimuliakan Allah-, seorang muslim senantiasa memiliki prinsip yang sudah disebutkan di awal, yakni meyakini bahwa segala perkara ada di tangan Allah.
Maka, jika seorang muslim meyakininya, dan beriman kepada takdir Allah, maka dia akan menghadapkan dirinya kepada Allah saja…
Dia akan memohon kepada Allah saja…
Dia akan meminta pertolongan kepada Allah saja…
Dan hanya berharap kepada Allah saja…
Ketahuilah…. Rahmat Allah begitu luas….
Rahmat-Nya bahkan mendahului kemurkaan-Nya…
Maka janganlah berputus asa dari rahmat Allah yang luas ini. Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah” (QS. Az Zumar : 53)
Terbayangkah dalam akal kita, pasangan suami istri yang belum memiliki anak, telah berusia lanjut, tua, dan lemah, akhirnya bisa memiliki anak??
Terbayangkah…??
Namun, dengan keimanan yang kokoh kepada Allah, keyakinannya kepada-Nya, senantiasa berharap kepada-Nya, dan tidak pernah berputus asa dari rahmat-Nya yang begitu luas, pada akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugerahi pasangan yang sudah lanjut usia tersebut seorang anak yang ‘alim. Beliau adalah bapaknya para nabi, Ibrahim ‘alaihissalam bersama istri beliau. Di usia yang sudah lanjut, ketika malaikat membawa kabar gembira kepada beliau bahwa beliau akan segera memiliki anak…
قَالُوا لَا تَوْجَلْ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ عَلِيمٍ. قَالَ أَبَشَّرْتُمُونِي عَلَى أَنْ مَسَّنِيَ الْكِبَرُ فَبِمَ تُبَشِّرُونَ. قَالُوا بَشَّرْنَاكَ بِالْحَقِّ فَلَا تَكُنْ مِنَ الْقَانِطِينَ
“Mereka berkata: “Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim. Berkata Ibrahim: “Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini? Mereka menjawab: “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa” (QS. Al Hijr : 53-55)
Maka, khalilurrahman, Ibrahim ‘alaihissalam menjawab perkataan malaikat tersebut,
وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ
“Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat” (QS. Al Hjir : 56)
Maka saudaraku, janganlah bersedih terhadap apa yang menimpamu, dan janganlah berputus asa dari rahmat Allah yang begitu luas. Dan teruslah berharap kepada Allah Ta’ala. Ingatlah wahai saudaraku yang mulia, sesungguhnya rahmat Allah itu maha luas…. Ingatlah selalu ayat mulia ini…
لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ
“janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah” (QS. Az Zumar : 53)
أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS. Al Baqarah : 214)
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa merahmati diriku dan dirimu wahai saudaraku dimanapun berada, dan menjadikan segala musibah yang menimpa kita sebagai pelebur dosa kita. Dan semoga Allah melindungi kita dari sifat orang sesat yang berputus asa dari rahmat Rabb-nya yang maha luas. Innahu Tabaaraka wa Ta’ala samii’un mujiib. Allahu a’lam. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam.
Sumber
0 Response to "Jangan Bersedih, Jangan Berputus Asa Dari Rahmat-Nya"
Post a Comment